Fathul Rahman, penulis buku Halaman Belakang Pariwisata dipandu oleh moderator Bambang Parmadi, sedang menjelaskan mengenai karya bukunya pada acara Ajang Temu Komunitas, di Besiru Hub, Mataram (12/3). Foto: Jackysan Genpi.
Fathul Rahman, penulis buku Halaman Belakang Pariwisata dipandu oleh moderator Bambang Parmadi, sedang menjelaskan mengenai karya bukunya pada acara Ajang Temu Komunitas, di Besiru Hub, Mataram (12/3). Foto: Jackysan Genpi.

LOMBOK INFO – Selain memberikan dampak positif, khususnya peningkatan pendapatan masyarakat, ternyata geliat pariwisata juga tidak sedikit meninggalkan berbagai dampak negatif, yang justru sering terabaikan.

Meningkatnya produksi sampah, konflik penggunaan air bersih, terpinggirkannya masyarakat yang tidak punya akses masuk dalam bisnis pariwisata, juga diabaikannya keterbatasan daya dukung alam terhadap pengembangan pariwisata yang semakin massif adalah adalah beberapa contoh di antaranya.

Berbagai problem di atas terpaparkan dengan gamblang dalam Buku “Halaman Belakang Pariwisata” karya Fathul Rahman, yang dibedah bersama para penggiat komunitas dalam Ajang Temu Komunitas di Besiru Hub, Minggu (12/3) kemarin.

Foto-foto  yang diambil dari berbagai destinasi wisata oleh Fathul, jurnalis yang sudah cukup lama mengamati perkembangan pariwisata di NTB itu pun sangat membuat miris bagi mereka yang peduli.

Potret keluarga yang hidup berpindah-pindah tanpa rumah di pantai yang sering ramai dengan kunjungan wisatawan, sementara seorang perempuan tua menjemur nasi aking untuk bisa dikonsumsi di destinasi lainnya yang penuh dengan restoran mahal.

Kemudian gambaran lain tentang adanya bangunan sekolah yang sudah sangat tidak layak pada sebuah desa yang besebelahan dengan satu kawasan wisata yang semakin mendunia, dan para penggembala yang kehilangan padang penggembalaan karena terdesak oleh perluasan kawasan wisata yang terus berkembang.

Kesemua gambaran di atas hanya sebagian kecil dari masalah besar yang semakin menyadarkan para penggiat komunitas yang hadir akan pentingnya sebuah gagasan dan aksi yang lebih besar dan lebih terkonsep dengan baik.

Sementara tema dari ajang pertemuan komunitas itu sendiri adalah Pariwisata Berkelanjutan dengan tagline NTB Bersih, Cerdas dan Bahagia. Sehingga diskusi buku di atas juga memberikan pemahaman , bahwa pariwisata berkelanjutan bukanlah wacana yang sederhana.

Berbagai problem serius yang timbul sebagai dampak negatif pariwisata itu sendiri menjadi pekerjaan rumah yang besar dan harus mendapatkan perhatian yang serius.

Karenanya para penggiat komunitas itu sepakat untuk membangun kebersamaan dan kolaborasi guna melahirkan gagasan dan aksi yang lebih besar, baik dari aspek bentuk aksi maupun manfaat yang diharapkan bisa dicapai.

Menengok Halaman Belakang Pariwisata, Sisi Buram yang Sering Terabaikan, Lombok Info
Praktik pembuatan pupuk kompos, oleh Aisyah Odist dari Bank Sampah NTB Mandiri. Foto: Bambang Parmadi.
Menengok Halaman Belakang Pariwisata, Sisi Buram yang Sering Terabaikan, Lombok Info
Kegiatan mural bareng, dipandu oleh Lombok Art Community, komunitas yang fokus pada kegiatan seni rupa dan seni lukis. Foto: Jackysan Genpi.

Sementara pada perkembangannya gerakan bersama itu juga diharapkan bisa memberikan advokasi pada semua pemangku kepentingan untuk lebih peduli pada lingkungan dan lebih bijak dalam mengembangkan pariwisata ke depan.

Selain diskusi buku “Halaman Belakang Pariwisata”, hari kedua Ajang Temu Komunitas di Besiru Hub kemarin juga diisi dengan diskusi dan praktek pengolahan sampah organik dengan pemateri Aisyah Odist dari Bank Sampah NTB Mandiri.

Kemudian pada sesi penutup para peserta pertemuan bersama-sama membuat lukisan mural yang dipandu oleh para seniman dari Lombok Art Community.  

Previous articleGubernur NTB Apresiasi Pertemuan Para Penggiat Komunitas di Besiru Hub
Next articleIdentik Saat Perayaan Hari Raya Nyepi, Apa Itu Pawai Ogoh-Ogoh?
Jurnalis Lombok Info.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here