Sejak diperkenalkan kepada masyarakat luas beberapa tahun lalu, tempat wisata Gunung Jahe semakin populer sebagai salah satu tujuan wisata masyarakat, khususnya di Lombok Barat dan sekitarnya.
Akhir – akhir ini masyarakat di Lombok Barat, juga Kota Mataram dan sekitarnya semakin banyak yang mengenal dan berkunjung ke tempat wisata Gunung Jahe yang terletak di Desa Sedau Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, terlebih pada hari libur atau akhir pekan.
Di tempat wisata ini terdapat danau, sungai, hamparan persawahan dan juga area berkemah (camping ground) yang cukup luas. Para pengunjung yang datang bisa bersantai dan bercengkerama di atas rerumputan atau pada berugak-berugak di tepian danau, bersampan mengelilingi danau, atau berjalan-jalan di pematang dan berswafoto dengan latar pemandangan yang cantik.
Saat ini pengunjung juga bisa berkemah di sepanjang tepian danau atau di area camping ground yang pada tahun 2015 lalu pernah menjadi ajang perkemahan Wirakarya Pramuka tingkat Nasional. Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sedau sebagai pengelola tempat wisata tersebut telah menyediakan tenda beserta perlengkapannya untuk disewa pengunjung.
Selain keindahan panorama dan suasana kesegaran alam yang cukup menyenangkan, ada hal unik yang sering mengundang tanya di benak para pengunjung tempat wisata ini, yaitu mengapa dinamakan Gunung Jahe.
Sementara danau, sawah maupun camping ground itu berada pada kontur tanah yang rendah, sehingga lebih menyerupai lembah. Sementara lingkungan sekitar yang lebih tinggi pun tidak bisa disebut sebagai bukit, apa lagi gunung. Karena selisih ketinggiannya pun tidak seberapa, hanya beberapa meter saja.
Sofia, Sekretaris Pengurus Bumdes Sedau yang sempat ditemui Lombok Info beberapa waktu lalu memberikan jawaban atas pertanyaan di atas. Menurutnya nama Gunung Jahe itu terkait dengan keberadaan mata air dan kolam kecil di salah satu sudut persawahan yang ada di sebelah danau.
Menurut cerita orang-orang tua, dahulu mata air itu dikeramatkan. Ketika menginginkan sesuatu masyarakat Desa Sedau akan berdoa di dekat mata air dan kemudian mandi dengan air yang ada di kolam itu. Setelahnya mereka akan menaiki undakan yang tingginya sekitar tiga meter ke bagian yang lebih tinggi di persawahan tersebut.
Jika doa atau permohonannya akan terkabul maka akan ada tanda yang bisa mereka lihat. Tanda dimaksud adalah pegunungan yang jauh di sebelah utara desa itu akan terlihat sangat dekat dan nampak jelas seperti di depan mata, dan nampak gunung atau perbukitan itu penuh dengan tanaman jahe.
Walau mungkin bagi generasi kini cerita di atas layaknya sebuah dongeng belaka, tetapi ternyata cerita tersebut cukup kuat mengakar dalam memori kolektif masyarakat di Desa Sedau, hingga menjadi dasar penamaan area tersebut.
Sampai saat ini mata air tersebut masih ada dan masih mengeluarkan air walaupun tidak besar, tetapi nampaknya tidak ada lagi yang datang untuk berdoa atau bermunajat di sana. Yang banyak datang sekarang adalah orang-orang dari berbagai desa dan tempat lain di Lombok, bukan untuk meminta sesuatu tetapi untuk mengendorkan urat saraf dan mendapatkan kesegaran pikiran dari kesegaran alam yang ada. **