Bale Adat , tempat tinggal pemimpin masyarakat sekaligus pusat pemerintahan Desa Karang Bayan yang dibangun sekitar 500 tahun silam. Foto: Bambang Parmadi.
Bale Adat , tempat tinggal pemimpin masyarakat sekaligus pusat pemerintahan Desa Karang Bayan yang dibangun sekitar 500 tahun silam. Foto: Bambang Parmadi.

LOMBOK INFO – Selain terkenal dengan panorama alam yang indah baik di kawasan pantai maupun pegunungan, Pulau Lombok juga memiliki sejumlah desa adat yang menjadi daya tarik wisata sejarah dan budaya.

Salah satunya adalah Desa Adat Karang Bayan di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Namun sayang, keberadaannya terancam punah.

Kompleks rumah adat yang berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman yang sudah lebih modern ini terdiri dari empat buah bangunan, yaitu Bale Adat, Sekenem, lumbung, dan masjid tua yang juga disebut langgar.

Ditambah dengan satu buah petilasan berupa altar batu yang disebut Ina-ina, dan satu lagi berada dibawah satu pohon tua yang disebut Bangaran. Kedua altar batu ini merupakan tonggak pertama atau semacam monumen pendirian Desa Karang Bayan yang dibangun oleh orang-orang yang berasal dari daerah Bayan (Lombok Utara) sekitar lima ratus tahun silam.

Selain menjadi tempat tinggal pemimpin komunitas atau datu, pada jaman dahulu Bale Adat juga sekaligus berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Selain itu juga biasa digunakan sebagi tempat berkumpul warga untuk bermusyawarah bersama pemimpinnya.

Pada sisi depan Bale Adat yang lantainya cukup tinggi, sekitar dua meter di atas tanah ini terdapat teras tempat Sang Datu bersama beberapa pembantunya duduk untuk menerima warganya, yang akan duduk di halaman rumah.

Sementara di dalam bangunannya terbagi menjadi empat bagian yaitu dua ruang tempat tinggal dan dua ruang untuk menyimpan benda-benda pusaka yang disakralkan serta tempat untuk menyimpan peralatan untuk keperluan ritual keagamaan.

Di sisi kanan Bale Adat terdapat bangunan tidak terlalu besar yang berfungsi sebagai lumbung tempat menyimpan padi dan hasil-hasil pertanian lainnya.

Kemudian di sebelah kanan dari dari halaman Bale Adat terdapat bangunan masjid tua atau yang disebut langgar. Bangunan ini terbuat dari bahan batu kali dengan perekat tanah dan beratapkan daun ilalang.

Rumah Adat Karang Bayan, Sisa Jejak Sejarah Lombok yang Terlupakan, Lombok Info
Masjid atau Langgar tua yang diyakini seumur dengan Bale Adat, yang sampai saat ini masih digunakan untuk Sholat lima waktu dan tempat anak-anak belajar mengaji. Foto: Bambang Parmadi.

Masjid tua Karang Bayan dilengkapi dengan sebuah dapur yang secara struktur dan bahannya memiliki kesamaan dengan struktur dan bahan masjid tua ini. Dapur ini diperuntukan untuk keperluan memasak pada saat upacara-upacara keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW, Hari Raya Idul Fitri, dan sebagainya.

Sebagaimana termuat pada papan informasi, masjid ini didirikan hampir bersamaan dengan dibangunnya Desa Karang Bayan. Dimana penduduk Desa Karang Bayan berasal dari daerah Bayan (Lombok Utara) dengan kepercayaan Islam Watu Telunya.

Masjid atau Langgar tua yang ada sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat warga sekitar melaksanakan sholat lima waktu, dan juga untuk tempat anak-anak belajar mengaji. Sementara di Bale Adat saat ini ditempati oleh Reza, anak muda yang merupakan generasi ke sebelas dari keturunan leluhur yang membangun desa Karang Bayan.

Masjid tua Karang Bayan ini merupakan tempat untuk melakukan peribadatan masyarakat Karang Bayan yang menganut Islam Watu Telu sebelum adanya peralihan ke Agama Islam yang seperti saat ini, yang menurut Reza terjadi secara masif mulai tahun 1965.

Kemudian di depan sebelah kiri atau selatan halaman Bale Adat terdapat Sekenem atau semacam gazebo yang berfungsi sebagai ruang tamu.

Rumah Adat Karang Bayan, Sisa Jejak Sejarah Lombok yang Terlupakan, Lombok Info
Ina-ina, altar batu yang menjadi titik pusat desa, sekaligus merupakan monumen dibangunnya Desa Karang Bayan pada sekitar abad 16. Foto: Bambang Parmadi.

Tidak seperti pada kebanyakan rumah di desa-desa di Lombok yang sekenemnya merupakan bangunan terbuka, di kompleks Rumah Adat Karang Bayan ini sekenemnya setengah tertutup dengan adanya bangunan berdinding anyaman bambu.

Walaupun masih terlihat bersih, terawat dan terjaga, Rumah Adat Karang Bayan ini sekarang tidak begitu populer di kalangan pelaku wisata di Lombok.

Popularitasnya sebagai obyek wisata terkalahkan oleh berbagai obyek menarik lainnya di desa itu, seperti bumi perkemahan, pasar buah terutama durian, aktifitas susur sungai (rafting), dan taman wisata berkuda.

Rumah Adat Karang Bayan, Sisa Jejak Sejarah Lombok yang Terlupakan, Lombok Info
Beberapa pusaka peninggalan Datu Karang Bayan yang masih disimpan di dalam Bale Adat. Foto: Bambang Parmadi.

Hal ini diakui oleh Reza, sang ahli waris pemilik rumah adat di atas.

“Memang sudah lama tidak pernah ada pengunjung yang datang pak,” ujarnya kepada Lombok Info.

Lebih lanjut Reza menjelaskan bahwa memudarnya popularitas rumah adat itu terjadi bersamaan dengan gelombang turunnya laju pariwisata di Lombok pada awal tahun dua ribuan sebagai imbas terjadinya Bom Bali.

Sayangnya ketika pergerakan pariwisata Lombok kembali menggeliat, Rumah Adat Karang Bayan ini tidak ikut terdongkrak untuk kembali menjadi destinasi pilihan.

Sebenarnya, kompleks Rumah Adat di Desa Karang Bayan dan juga peri kehidupan masyarakat di sekitarnya masih menarik sebagai sebuah obyek wisata sejarah dan budaya.. Sayangnya modernisasi dan kurangnya perhatian pemerintah setempat mengenai hal tersebut, membuatnya seolah terlupakan.

Reza dan keluarganya, juga masyarakat di sekitarnya pun berharap para wisatawan kembali berkunjung ke sana, tetapi nampaknya mereka juga bingung, apa yang mesti mereka lakukan.**

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here