Gedung pertemuan masyarakat Tionghoa di Jalan Koperasi menjadi salah satu bangunan bersejarah sekaligus penanda kehidupan multikulturalisme yang terbangun di Kota Tua Ampenan sejak ratusan tahun silam (Foto: Bambang Parmadi)

LOMBOK INFO – Pelabuhan Ampenan selain menjadi pintu masuk ke Pulau Lombok dari arah barat, pada zaman dulu ketika negeri ini masih di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda juga menjadi salah satu pelabuhan perdagangan yang sangat penting di nusantara, khususnya di wilayah Sunda Kecil.

Beberapa komoditas penting dari wilayah ini seperti padi dan juga ternak (sapi dan kuda) dikirim ke luar daerah, bahkan diekspor ke Hongkong, Singapura, dan Eropa dari pelabuhan ini.

Setelah kemerdekaan, kejayaan Pelabuhan Ampenan masih tetap berlangsung. Bahkan, kota kecil ini menjadi kota bandar yang sangat sibuk. Restoran, hotel, pusat pertokoan, juga tempat hiburan seperti bioskop tumbuh dan ikut memutar roda perekonomian masyarakatnya, bersama dengan pergudangan yang banyak  di sekitar pelabuhan dan beberapa pabrik di pinggir kota.

Sampai pada akhir tahun tujuh puluhan ketika pelabuhan ini tidak difungsikan lagi, digantikan oleh Pelabuhan Lembar yang terletak kurang lebih sekitar 30 kilometer dari kota ini di daerah selatan Pulau Lombok.

Kota Tua Ampenan dan Lintasan Sejarahnya (2), Lombok Info
Sekelompok wisatawan berjalan kaki menikmati suasana Kota Tua Ampenan di depan deretan toko-toko tua di Jalan Niaga. (Foto: Bambang Parmadi)

Sejak itu keramaian Ampenan sebagai kota pelabuhan dan sekaligus sebagai pusat perekonomian di Lombok pun mulai meredup. Tinggal yang tersisa adalah kegiatan pariwisata. Banyak tamu baik wisatawan asing maupun domestik menginap di hotel dan losmen yang ada, dengan destinasi wisata utamanya adalah pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 10 km dari bekas pelabuhan hingga ke Desa Batulayar.

Kemudian pada akhir tahun delapan puluhan dibukalah kawasan Senggigi di sebelah utara Batulayar sebagai kawasan wisata. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang pun berlangsung secara masif. Hotel, restoran, toko kerajinan, pusat hiburan malam, semua muncul di Senggigi dan sekitarnya.

Bersamaan dengan itu maka Ampenan pun semakin meredup. Para wisatawan tidak lagi menginap di Ampenan tapi di Senggigi.

Terlebih dengan tumbuhnya pusat perbelanjaan di pusat Kota Mataram, sempurnalah sepi dan pudarnya Ampenan sebagai kota bandar, kota wisata, dan pusat pergerakan ekonomi masyarakat Lombok.

Kota Tua Ampenan dan Lintasan Sejarahnya (2), Lombok Info
Gudang-gudang tua di sekitar ex Pelabuhan Ampenan. Sebagian bangunan tersebut saat ini masih digunakan baik sebagai tempat usaha maupun tempat tinggal. (Foto: kemendikud.go.id)

Hari ini Ampenan menjadi kota tua yang tinggal menjadi noktah sejarah dengan berjuta kenangan dan pesonanya yang tersimpan di benak generasi lama. Tembok-tembok tua yang sudah mengelupas merupakan petanda bahwa kota ini tidak betul-betul serius diurus.

Wacana kebanggaan Ampenan sebagai kota tua masih hanya sebatas wacana yang terus berulang, tanpa kejelasan arah pembangunannya.

Kota Tua Ampenan dan Lintasan Sejarahnya (2), Lombok Info
Toko Roti Djitsin yang didirikan pertama kali pada tahun 1924 untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa yang tinggal di Ampenan saat itu. Sampai saat ini toko itu masih berdiri walaupun terlihat merana, kalah bersaing dengan berbagai toko roti yang lain. (Foto: Bambang Parmadi)

Besi-besi tiang pancang bekas penyangga dermaga pelabuhan yang masih kokoh berdiri di tengah hantaman ombak, menara mercusuar, bangunan tua bekas kantor sahbandar, deretan toko-toko tua yang kusam menjadi saksi bisu berjalannya waktu dan bergulirnya sejarah baru.**

Tulisan: Bambang Parmadi

Previous articlePHRI NTB Patok Batas Maksimal Harga Hotel Antisipasi Jelang WSBK 2022
Next article5 Rekomendasi Tempat Ngopi di Kota Tua Ampenan yang Bikin Betah Nongkrong
Jurnalis Lombok Info.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here