f16ea4f0-7e78-405c-9213-13248a900f9f

Bongkahan batu selebar kurang lebih satu meter persegi berwarna abu – abu dengan bentuk yang rapi dan cukup halus baru – baru ini ditemukan oleh pekerja yang tengah melakukan pekerjaan renovasi gedung Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).

Batu dengan bentuk teras atau trap yang bertingkat seperti bagian dari situs punden berundak itu diyakini sebagai bagian dari bekas Monumen Perang Lombok, yang merupakan peninggalan masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia.

Monumen Perang Lombok adalah sebuah tugu peringatan yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda beberapa tahun setelah berhasil menancapkan kekuasaannya secara langsung di Lombok tahun 1894.

Monumen ini didirikan sebagai penghormatan kepada para prajurit kolonial yang tewas dalam perang di Lombok, termasuk salah satu panglimanya yakni  Mayor Jenderal Petrus Paulus Hermanus van Ham, yang monument makamnya ada di Kota Mataram.

Tugu peringatan itu berdiri di tengah taman di pusat Kota Mataram yang disebut sebagai Kebon Raja, yang kemudian setelah Indonesia Merdeka menjadi tempat dibangunnya Kantor Gubernur NTB.

Pasca kemerdekaan monumen itu dibongkar dan di titik lokasi itu kemudian dibangun sebuah monumen baru yang disebut Tugu Pancasila. Ketika Kantor Gubernur direnovasi pada pertengahan tahun 1970an tugu ini pun dirobohkan pula.

Berdasarkan penjelasan anggota Lombok Heritage & Science Society (LHSS) kepada Lombok Info di lokasi keberadaan batu tersebut di halaman Kantor Gubernur NTB baru – baru ini, sesuai gambar – gambar dari berbagai sumber, batu persegi empat itu adalah tatakan tempat diletakkannya batang monumen di atas bagian  yg terdapat prasasti.

Dari beberapa catatan yg dihimpun oleh LHSS, monument setinggi tujuh meter itu terdiri dari tiga teras bertingkat dengan ketinggian satu meter dan terbuat dari batu Belgia. Di atasnya ditempatkan dinding prasasti yang terbuat dari granit merah gelap yang dipoles dengan dasar granit abu-abu gelap dengan ketinggian dua meter.

Satu batang granit dipoles dengan warna abu-abu terang dengan tinggi empat meter yang menjadi tugu berbentuk jarum dihiasi dengan lempengan logam berbentuk karangan bunga, dan di bagian puncaknya diletakkan ornament perunggu berbentuk salib.

Penemuan ini sangat bernilai bagi pengetahuan sejarah Lombok. Karenanya Ketua LHSS, Ali Akbar berharap penemuan ini menjadi perhatian gubernur dan jajarannya.

“Semoga benda bersejarah itu bisa disimpan di museum, tidak dibiarkan begitu saja,” ujar Ali Akbar.

“Atau lebih bagus lagi kalau dibuatkan tempat yang representatif di halaman depan bangunan Kantor Gubernur ini, diberi tulisan penjelasan seperlunya, dan masyarakat bisa melihatnya setiap saat,” harapnya.**

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here