Soto merupakan salah satu kuliner yang sangat populer di tanah air. Dengan berbagai penamaan sesuai asal daerahnya, menu makanan berkuah yang menyegarkan ini sangat digemari oleh banyak orang.
Kita tentu sudah tak asing dengan sebutan Soto Betawi , Soto Kudus, Soto Madura, atau Soto Banjar. Uniknya, tidak hanya pada bahan yang digunakan maupun rasa yang tersaji yang satu sama lain bisa berbeda, pada beberapa daerah penyebutannya bisa berbeda.
Seperti di Daerah Banyumas, Jawa Tengah disebut Sroto, di Pekalongan disebut Tauto, sementara di Makasar dikenal dengan sebutan Coto.
Di Lombok juga dikenal Soto Sasak, mengacu pada sebutan / atau nama suku masyarakat asli Pulau Lombok. Agak mirip dengan Soto Jawa Timuran, seperti Soto Lamongan atau Soto Madura. Tetapi terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya.
Penggunaan sayuran misalnya, pada Soto Sasak tidak menggunakan Daun Bawang Prei tetapi menggunakan Sawi Hijau. Kemudian pada Soto Sasak tidak menggunakan taburan koya yang dibuat dari kerupuk udang, melainkan serundeng atau parutan kelapa yang disangrai. Kemudian pada sisi rasa, selain gurih juga biasanya ada sedikit rasa manis.
Masyarakat Lombok, termasuk di Kota Tua Ampenan dan sekitarnya juga cukup akrab dengan hidangan berkuah ini, sehingga sampai saat ini bisa kita temui pedagang Soto Sasak yang mampu bertahan lama, melewati pergantian generasi, hingga menjadikannya sebagai salah satu legenda kuliner yang selalu dicari oleh banyak penggemarnya.
Beberapa penjual Soto Sasak yang tersohor dan melegenda di sekitar kawasan Kota Tua Ampenan itu antara lain adalah :
1. Warung Soto Haji Sahrun Ibrahim
Lokasinya di Jalan Koperasi Lingkungan Pelembak, persis di pertigaan depan Pool Lombok taksi. Ini adalah tempat jualan Haji Sahrun yang ketiga, setelah sebelumnya diawali dengan jualan keliling mengunakan gerobak dorong pada sekitar akhir tahun 1970an.
Kepada Lombok Info yang singgah beberapa waktu lalu, istri Haji Sahrun mengungkapkan bahwa suaminya berjualan soto keliling sejak jaman masih bujang, di mana waktu itu harga sotonya per mangkuk masih seratus rupiah.
Saat ini semangkuk soto Haji Sahrun dibandrol dengan harga sepuluh ribu rupiah. Harga yang cukup murah dibanding dengan isinya yang cukup membuat kenyang dan lezat, dengan isian daging ayam kampung yang rasa kaldunya pun cukup kuat.
2. Rumah Makan Ramayana
Rumah makan ini berlokasi di Jalan Saleh Sungkar, kurang lebih seratus meter dari Simpang Lima Ampenan ke arah Senggigi. Sesuai yang tertulis pada papan namanya, rumah makan sudah melayani pelanggannya sejak tahun 1976.
Nama yang tersemat pada rumah makan ini menyimpan sejarah yang terkait erat dengan perkembangan Kota Ampenan. Ramayana adalah nama bioskop yang pernah ada persis di salah satu sudut simpang lima Ampenan, yang sekarang bangunannya sudah berganti dan saat ini berubah menjadi sebuah bengkel kendaraan bermotor.
Dahulu pemilik rumah makan ini berjualan di kantin bioskop hingga berakhirnya kejayaan bioskop sebagai hiburan masyarakat pada akhir tahun 1990an. Sejak ditutupnya bioskop itulah Rumah Makan Ramayana eksis sebagai pelanjut kantinnya.
3. Soto Si Chang
Soto yang satu ini hanya dijual di warung kaki lima di emperan salah satu bangunan tua di Jalan Pabean, beberapa meter sebelum area ex pelabuhan tua Ampenan. Tapi walaupun hanya warung kaki lima tanpa penanda nama yang terpasang, warung ini sudah menjadi bagian dari sejarah dan khasanah kekayaan Kota Tua Ampenan.
Si Chang diambil dari nama Ong Sik Chang, seorang warga Tionghoa yang mulai berjualan soto keliling sejak tahun 1950-an. Kemudian mangkal di beberapa tempat dan terakhir di tempat yang sekarang itu sejak akhir tahun 1970an.
Ong Sik Chang sendiri sudah meninggal pada akhir tahun 80-an, dan kemudian pengelolaan warung itu diteruskan oleh salah satu anak perempuannya bernama Aminah. Namun walaupun telah beralih generasi, rasa soto ini tidak berubah, dan para pelanggannya pun tetap setia mengunjungi dan menikmatinya hingga saat ini.
Itulah tiga penjual Soto Sasak yang melegenda di Kota Tua Ampenan, di samping beberapa yang lain.**