Kedai Kopityang di sisi luar Pasar Cakranegara, Mataram yang menyajikan seduhan kopi dengan cara tradisional Khas Melayu. Foto: Bambang Parmadi.
Kedai Kopityang di sisi luar Pasar Cakranegara, Mataram yang menyajikan seduhan kopi dengan cara tradisional Khas Melayu. Foto: Bambang Parmadi.

LOMBOK INFO – Buat para penggemar kopi yang merindukan suasana minum kopi di tengah hiruk pikuk keramaian pasar, kedai kopi di deretan pertokoan sisi luar Pasar Cakranegara ini tepat sebagai pilihannya.

Walaupun tidak berada di dalam tapi di luar pasar, kalau kita datang pada jam kerja, sambil minum kopi kita bisa saksikan kesibukan orang-orang keluar masuk pasar, juga keramaian lalu lintas yang padat dan hilir mudik para pengunjung toko di sekitar kedai ini.

Sementara pada malam hari kedai kopi ini menjadi satu-satunya keramaian di antara deretan pertokoan yang sudah tutup semua, dengan lalu lintas jalan yang cukup sepi.

Nama Kopityang sekilas mengingatkan kita pada istilah Kopi Tiam yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat penggemar kopi di Nusantara, khususnya di Sumatera.

Kopityang, Gaya Klasik Minum Kopi di Pinggir Pasar Cakranegara, Lombok Info
Karyawan Kedai Kopityang sedang menyaring kopi yang akan dihidangkan kepada pembeli, dengan latar hiasan dinding yang bernuansa Tionghoa. Foto: Bambang Parmadi.

Berdasarkan paparan di Wikipedia, kopi tiam atau kopitiam adalah kedai kopi dan sarapan tradisional di Malaysia dan Singapura. Di Indonesia, kopitiam terutama ada di Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Pekanbaru, Bandar Lampung dan Medan.

Istilah kopitiam berasal dari gabungan kata kopi (Bahasa Melayu) dan kata tiam yang berarti kedai dalam Bahasa Tionghoa (Hokkien mau pun Hakka). Baik di Malaysia, Singapura , maupun di Sumatera kopi tiam ini sebagian besar penjualnya memang beretnis Tionghoa.

Selain kopi dan teh, biasanya disediakan beberapa sajian sederhana, seperti telur rebus dan roti bakar dengan selai srikaya.

Nampaknya kedai Kopityang di Cakranegara ini memang mengusung thema dan gaya yang sama dengan kedai-kedai kopi di Tanah Melayu di atas, hanya kosa katanya sedikit “dipelesetkan”.

Di kedai ini juga tidak akan kita temukan banyak pilihan, baik sajian kopi, teh, maupun jajanan yang menyertainya.

Di sini hanya ada kopi biasa dan kopi susu, teh biasa atau teh susu yang kita kenal dengan sebutan teh tarik, dan beberapa camilan seperti bolu kering, roti pisang, nastar, dan kacang goreng.

Kopityang, Gaya Klasik Minum Kopi di Pinggir Pasar Cakranegara, Lombok Info
Secangkir kopi susu di kedai Kopityang, Cakranegara. Foto: Bambang Parmadi.

Tersedia juga telur ayam untuk dicampurkan ke dalam teh sehingga menjadi hidangan teh susu seperti yang kadang bisa kita jumpai di Restoran Padang, atau direbus untuk menjadi camilan.

Yang unik di sini adalah cara menyeduh kopi atau teh, yaitu sebelum dihidangkan kopi atau tehnya dituangkan melalui udara atau ditarik antara dua cangkir, terus-menerus sampai mencapai tekstur yang kaya dan berbusa.

Cara menyeduh kopi seperti inilah yang kemudian melahirkan istilah teh tarik dan kopi tarik. Akan tetapi di kedai Kopityang hanya istilah teh tarik yang sering disebut oleh pelayannya, sementara untuk kopi lebih dikenalkan istilah kopi saring, sesuai tulisan pada papan nama di depan kedainya.

Menggunakan biji kopi dengan karakter rasa yang kuat, kedai kopi sederhana yang menawarkan seduhan kopi dengan cara tradisional Khas Melayu ini memang menyediakan tempat bagi para penikmat kopi sejati, bukan penggemar minuman yang asal ada rasa kopinya.**

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here