Atraksi seni dan budaya juga ditampilkan di pagelaran Perang Topat di Pura Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Atraksi seni dan budaya juga ditampilkan di pagelaran Perang Topat di Pura Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

Lombok Info – Sudah dua tahun sejak wabah Covid-19 melanda dunia, banyak gelaran acara ditiadakan. Seperti halnya perayaan Perang Topat yang menimbulkan keramaian disaat menggelar kegiatan, ikut ditiadakan saat itu. Namun kini, perayaan Perang Topat akhirnya bisa terselenggara, bertempat di Taman Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupten Lombok Barat (8/12).

Perang Topat yang selalu diselenggarakan bertepatan dengan rorok kembang waru atau jatuhnya bunga kembang waru ini, merupakan tradisi budaya masyarakat Lombok yang dilaksanakan setiap tahun di wilayah Lingsar dan diselenggarakan secara turun temurun sejak lama.

Gelaran Perang Topat ini juga sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen melimpah.

Acara perang topat diawali oleh ritual kemalik di Pura Lingsar, kemudian masyarakat Hindu dan Muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat sehingga menjadi bentuk komunikasi dan kebersamaan antara warga Hindu dan Islam di Lingsar. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud toleransi yang ada di pulau Lombok.

Setelah 2 Tahun, Perang Topat Akhirnya Terselenggara Bersamaaan dengan Rorok Kembang Waru di Pura Lingsar, Lombok Info
Masyarakat ramai menghadiri pagelaran budaya Perang Topat.

Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid mengatakan bahwa dua tahun perang topat tidak dilaksanakan karena adanya pandemi COVID-19.

“Alhamdulillah sore hari ini yang bertepatan dengan bulan purnama, kita kembali bersama-sama dapat hadir di taman lingsar untuk kembali melaksanakan tradisi Perang Topat ini,” tuturnya.

Bupati Fauzan mengatakan bahwa ia bangga dan salut atas kolaborasi seluruh masyarakat Lombok Barat, khususnya masyarakat Lingsar karena kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu ia juga menyampaikan bahwa tradisi perang topat ini merupakan warisan leluhur yang mengajarkan masyarakat untuk menghargai perbedaan dan bersikap toleransi.

“Hal ini juga merupakan suatu kebanggaan, karena Perang Topat Kemaliq Lingsar merupakan warisan dari para leluhur untuk mengajari kita bagaimana bersikap terhadap perbedaan,” tegasnya.

Dirinya menambahkan perbedaan bukan untuk diperdebatkan, bukan juga untuk ditengkarkan melainkan perbedaan itu merupakan hukum alam dan tidak ada artinya bagi kita untuk mentengkarkan perbedaan.

“Yang harus kita lakukan adalah terus-menerus mempererat rasa persatuan dan kesatuan kita. perang topat sudah menjadi tugas kita untuk menjaga serta menyebarkan mengenai adat istiadat ini agar masyarakat luas mengerti bahwa perbedaan tersebut tidak untuk ditengkarkan,” jelasnya

Ketua Pengelola Kemaliq Lingsar Lalu Suparman Taufik menyampaikan harapannya agar masyarakat ini dapat tetap bersatu dan damai. Ia berharap jika terdapat suatu konflik, agar konflik tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan damai. Ia juga menjelaskan bahwa prosesi perang topat dilaksanakan bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam Bahasa Sasaknya ialah rorok kembang waru.

“Rorok kembang waru adalah waktu menjelang tenggelamnya sinar matahari yaitu sekitar pukul 17.30,” tambahnya.

Ia juga mengatakan bahwa perang topat yang merupakan acara ritual sekaligus bagian dari Pujawali menggunakan makanan sajian berupa ketupat yang juga merupakan sesajian dalam upacara. Setelah itu ketupat yang sudah dipakai untuk perang ini dibawa pulang oleh masyarakat khususnya petani, karena diyakini dapat dipergunakan sebagai bubus untuk dijadikan pupuk yang ditaburkan di sawah dan kebun pada saat malam hari seraya mohon doa pada Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan kesuburan bumi dan hasil pertanian yang semakin melimpah

Hadir dalam kegiatan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, Ketua DPRD Lobar Hj. Nurhidayah, Dandim 1606/Lobar Letkol Arm Arif Rahman, Kapolresta Mataram, Kejari Mataram, tamu dari Kementrian ESDM RI, Pj. Sekertaris Daerah Lobar H. Ilham, Ketua TP-PKK Kab. Lobar Hj. Khairatun Fauzan Khalid, Ketua DWP Lobar Hj. Erni Zuhara Ilham, Kepala OPD dan stakeholder terkait.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here