
Desa sentra tenun Pringgasela kembali menggelar festival budaya bertajuk Festival Alunan Budaya Desa. Serangkaian agenda festival sudah mulai dilaksanakan sejak tanggal 13 Juli 2024 kemarin dan akan berlangsung hingga tanggal 20 Juli 2024 mendatang.
Festival budaya di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur dengan tema Benang Merah pada tahun ini merupakan gelaran yang ke delapan, dan masuk sebagai salah satu agenda dalam Kharisma Event Nusantara 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Setelah sepuluh tahun kita berjuang menggarap event ini, Alhamdulillah sekarang sudah mendapat pengakuan dan dukungan dari Pemerintah Pusat,” ujar Ketua Panitia Festival Alunan Budaya Desa Pringgasela, Ahmad Ferryawan kepada Lombok Info yang mewawancarainya usai acara Jalan Sehat Besama, Minggu (14/07/2024) kemarin.
Salah satu agenda utama dalam rangkaian festival ini adalah Karnaval Tenun yang akan digelar pada Rabu (17/07/2024) mendatang.
Karnaval Tenun di jalanan desa Pringgasela yang rencananya akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahudin Uno ini merupakan satu – satunya karnaval tenun di Indonesia.
“Karnaval Tenun ini satu – satunya di Indonesia, dan pesertanya tidak hanya dari Lombok, tapi juga ada dari Sumbawa dan Bali. Ke depan mudah-mudahan semakin bertambah peserta dari daerah-daerah lainnya” jelas Ahmad lagi.
Selain Karnaval Tenun, beberapa kegiatan yang lain adalah Pawai Budaya yang sekaligus menjadi acara pembuka festival, Jalan Sehat Bersama, Bazaar UMKM, Pameran Kain Tenun Khas Desa Pringgasela, permainan tradisional, juga pentas musik dan hiburan rakyat.
Tema Benang Merah sendiri diambil bukan semata karena adanya benang merah pada hampir semua motif tenun di Desa Pringgasela, akan tetapi karena keberadaan benang merah dalam tenun itu menunjukkan kekayaan nilai filosofi masyarakatnya.
Benang merah yang lurus menggambarkan sambung menyambungnya waktu dan daur hidup manusia, sekaligus bermakna sebagai pemersatu dari berbagai kelompok dan potensi yang dimiliki masyarakat.
Penyelenggaraan festival yang didukung dan melibatkan hampir semua kalangan masyarakat ini menjadi bukti kebersatuan berbagai kelompok dan potensi yang dimiliki masyarakat Desa Pringgasela.
“Sebagai penyelenggara saya cukup bangga dengan pencapaian ini, tapi tentu tidak boleh puas. Ke depan harus semakin baik, dan regenerasi harus ada, sehingga festival ini bisa terus berlanjut, dan Tenun Pringgasela semakin dikenal masyarakat luas,” tambah Ahmad menutup perbincangan kemarin. **