
Mataram – Pembangunan kereta gantung di kawasan wisata Gunung Rinjani yang beberapa lama menjadi polemik akan segera terwujud tahun ini. Rencananya proses pembangunan tersebut akan diawali dengan groundbreaking bertepatan dengan Peringatan HUT Provinsi NTB tanggal 17 Desember 2022 yang akan datang.
Kereta gantung yang rencananya akan dibangun pada sisi selatan Gunung Rinjani atau tepatnya di wilayah Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah itu saat ini akan segera memasuki tahap penyusunan analisa dampak lingkungan (amdal).
“Ini paling lama dua bulan dan setelah itu mereka buat amdalnya tahun ini. Amdal itu paling cepat tiga bulan. Dia akan groundbreaking 17 Desember,” papar Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi NTB, Muhammad Rum sebagaimana dilansir Lensamandalika.com, Rabu (7/9).
Lebih jauh Muhammada Rum menjelaskan, saat ini proses yang sedang dilakukan yaitu studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan penyusunan Detail Engineering Design (DED). Setelah ini, proses yang akan dilakukan yaitu analisis dampak lingkungan (amdal) selama tiga bulan ke depan.
Pembangunan kereta gantung di kawasan wisata Gunung Rinjani tersebut akan menelan invesasi sebesar Rp2,2 triliun. Nantinya, investasi tidak saja untuk pembangunan kereta gantung melainkan juga resort dan beberapa sarana pendukung lainnya.
Proses pembangunan kereta gantung ini diperkirakan akan memakan waktu satu hingga dua tahun dan tidak akan merusak kondisi alam yang ada, termasuk tidak akan melewati kawasan Taman Nasional Gunung Rinjnai (TNGR).
Sehingga nanti jika wisatawan yang menggunakan kereta gantung akan jalan kaki sekitar dua kilo untuk bisa menikmati TNGR. Pembuatan kereta gantung ini hanya untuk pintu masuk saja.
Penebangan pohon juga hanya akan dilakukan pada beberapa titik saja untuk kebutuhan penancapan tiang kereta.
Pembangunan kereta gantung ini justru akan membantu mempermudah pengawasan hutan. Sehingga meminimalisir penebangan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Mereka jual adalah bagaimana melihat pepohonan di bawah jalur yang ada di bawah. Ini juga mempermudah Polhut untuk pengawasan illegal logging,” imbuh Rum lagi. Terkait adanya penolakan dari masyarakat, Rum mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi. Karena pembangunan kereta gantung juga untuk kepentingan mereka. “Tidak ada yang nolak. Mereka belum paham aja. Apa yang mau ditolak rejeki datang ini,” pungkasnya.**
Kontributor: Bambang Parmadi