Bagi sebagian orang, pasti sudah tak asing dengan yang namanya kayu Gaharu. Selain bermanfaat sebagai bahan obat-obatan, kayu berwarna kehitaman ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum atau wewangian. Pohon Gaharu (Gyrinops versteegii) merupakan pohon yang selama ini tumbuh liar di hutan-hutan yang tersebar di sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dengan sejumlah manfaat yang dimilikinya, juga karena nyaris seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, terutama kandungan gubal atau lapisan kayu hitamnya bisa dijual dengan harga 5 hingga 10 juta per kilogram, membuatnya kian diburu oleh banyak orang.
Mengenal Maharani, Si Sahabat Petani
Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, ditambah melihat potensi yang besar yang bisa didapatkan, Maharani- seorang pria bergelar doktor yang berasal dari Masbagik, Kabupaten Lombok Timur-NTB, mengajak petani di sekitar daerahnya untuk mulai melakukan budidaya Pohon Gaharu. Ia resah melihat kondisi lahan di NTB yang sebagian besar begitu kering dan tandus. Ditambah lagi selama ini, dilihatnya para petani lebih banyak mengandalkan budidaya tanaman buah-buahan. Baginya, butuh kerja keras dan cara pendekatan tertentu dengan para petani/masyarakat agar tertarik mulai menanam Pohon Gaharu di pekarangan rumahnya masing-masing.

Kendalanya saat berkomunikasi dengan para petani adalah karena selama ini mereka tidak terbiasa akan budidaya Pohon Gaharu. Alasan penghijauan ataupun membangun daerah ekowisata, tidaklah cukup untuk meraih hati mereka. Akhirnya, dengan pendekatan yang baik, menjelaskan potensi ekonomis dari tanaman yang dapat tumbuh di pekarangan rumah ini, pria berusia 40 tahun tersebut berhasil memperlihatkan perubahan yang signifikan, banyak lahan yang dulunya kering dan tandus, kini menjadi hijau. Tidak lain adalah karena kerja kerasnya mengedukasi masyarakat untuk melakukan budidaya Pohon Gaharu. Hal yang terpenting lagi adalah, para petani perlahan mulai merasakan manfaat ekonomis dari perubahan itu. Mereka mendapatkan manfaat langsung berupa pendapatan yang layak dari komoditas kayu gaharu tersebut. Siapa sangka, lahan yang kering kerontang, bisa disulap jadi kawasan ekowisata.
Dilansir dari booklet SATU Indonesia Awards, tercatat sejak tahun 2009, Maharani sukses mengumpulkan 50 pemilik Pohon Gaharu dan membentuk Forum Petani Pecinta Gaharu di NTB. Dimana anggota dari kelompok tersebut sudah mencapai 200 orang. Dari forum atau kelompok tadi, para anggotanya berbagai informasi terkait tanaman Gaharu. Belajar dan memanfaatkan potensi yang ada secara bersama-sama. Ya, Mahari berhasil mengubah mindset para petani di sana dari yang awalnya ragu, menjadi memiliki ketertarikan yang besar, akan sesuatu yang baru.
Semangat Baru dari Pohon Gaharu
Apa yang dilakukan oleh Maharani merupakan wujud kepeduliannya akan lingkungan dan kondisi ekonomi para petani di sekitarnya. Tak heran ketika ia terpilih menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Awards Tingkat Nasional pada tahun 2014 lalu. Kontribusinya pada lingkungan juga pada orang sekitar-sebagai sahabat petani, rasanya selaras pula dengan tema gelaran Anugerah Pewarta Astra 2023 yang digelar oleh Astra, yakni “Semangat Untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia”.
Maharani hanyalah salah satu contoh, bagaimana siapa saja dapat berkontribusi untuk memberi semangat bagi masa depan Indonesia. Semoga kelak, lahir Maharani lainnya di berbagai daerah di NTB khususnya, bahkan di Indonesia, yang senantiasa memberikan dampak positif bagi lingkungan serta orang-orang sekitarnya.
–
Sumber:
- Booklet SATU Indonesia Awards 2023