Sebagian peserta test tour di Kampung Adat Ende, Desa Sengkol (Ipeh Sarrifah)
Sebagian peserta test tour di Kampung Adat Ende, Desa Sengkol (Ipeh Sarrifah)

LOMBOK INFO – Pengembangan desa wisata adalah upaya menjadikan desa sebagai sebuah destinasi pariwisata. Dengan cara memadukan daya tarik wisata alam dan budaya, layanan fasilitas umum pariwisata serta aksesibilitas yang memadai, dengan tradisi dan tata cara kehidupan masyarakat desa.

Kebiasaan, tradisi, dan tata cara kehidupan masyarakat yang disuguhkan kepada wisatawan dalam hal ini haruslah sesuatu yang memang sudah ada dan menyatu dengan masyarakat di desa tersebut, bukan sesuatu yang “dibuat-buat” atau “diada-adakan”.

Untuk mendapatkan sebutan sebagai desa wisata, sebuah desa haruslah memiliki aspek-aspek yang mendukung untuk menjadi tujuan wisata yang menarik. Bukan hanya karena memiliki satu atau dua obyek wisata.

Karenanya untuk mewujudkan sebuah desa wisata dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh secara berkelanjutan dan melibatkan semua pihak yang ada di desa tersebut.

Terlebih dengan banyaknya keterlibatan dan bantuan pemerintah, baik pusat maupun daerah, mesti ada pihak di desa yang dengan sungguh-sungguh mengelola. Sehingga tidak terjadi, ketika selesai program bantuan pemerintah selesai juga desa wisatanya, alias tidak tumbuh upaya mandiri untuk mengelola dan mengembangkannya.

Dengan adanya keterlibatan berbagai pihak juga bisa dihindari kemungkinan adanya konflik kepentingan, sehingga lebih mudah dalam menumbuhkan rasa memiliki dan kesiapan untuk menyambut wisatawan yang datang berkunjung.

Catatan-catatan dan kesimpulan di atas muncul dalam diskusi para peserta yang mengikuti kunjungan Test Tour ke beberapa desa wisata di Kabupaten Lombok Tengah yang diadakan oleh Pogram Studi Komunikasi Universitas Mataram baru-baru ini.

Kegiatan Test Tour yang diikuti oleh beberapa pelaku, penggiat dan pemerhati pariwisata itu dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Pelatihan Penyusunan Paket Wisata bagi Pelaku Wisata di 16 Desa Wisata Lingkar Mandalika dalam rangkaian Program Matching Fund Kedaireka beberapa waktu sebelumnya.

Para peserta kegiatan tersebut dibagi dalam empat kelompok, di mana setiap kelompok yang didampingi oleh tenaga akademisi dari Pogram Studi Komunikasi dan Jurusan Pariwisata Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mataram mengunjungi empat desa wisata.

Beberapa desa yang dikunjungi antara lain adalah Desa Labulia dan Desa Bonjeruk di Kecamatan Jonggat, Desa Kuta dan Mertak di Kecamatan Sengkol, Desa Lantan dan Aik Berik di Kecamatan Batukliang Utara, dan beberapa desa lainnya.

Dari pengamatan selama kunjungan diketahui, tidak semua desa yang dikunjungi berada pada tahapan yang sama dalam pengembangannya sebagai desa wisata. Ada beberapa desa yang sudah berkembang seperti Desa Wisata Bonjeruk dan Desa Wisata Sukarare.

Ada beberapa yang sudah maju seperti Desa Wisata Adat Ende dan Sade. Ada juga yang masuk kategori rintisan seperti Desa Marong dan Penujak , bahkan ada yang masih dalam tataran wacana untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata seperti Desa Labulia.

Rahman, pengajar Jurusan Pariwisata FEB Unram yang menjadi salah satu pendamping dalam kunjungan tersebut mengatakan, berbagai masukan dari peserta akan menjadi rekomendasi bagi para pengelola desa wisata yang dikunjungi, dan akan menjadi acuan bagi Pogram Studi Komunikasi dan Jurusan Pariwisata FEB Unram untuk merancang model pendampingan selanjutnya.

“Saat ini, dengan postingan para peserta melalui kanal media sosial akan membantu lebih mengenalkan desa-desa wisata yang ada kepada masyarakat. Tetapi yang tidak kalah penting adalah berbagai masukan teman-teman sebagai acuan untuk program selanjutnya.” Ujar Rahman.**

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here